Oleh;
Panji Tanashur
Gelar
adalah sebutan atau julukan yang berhubungan dengan keadaan atau tabiat orang
atau bisa berupa sebutan kehormatan. Gelar memang sangat berpengaruh dalam
popularitas seseorang diranah sosial maupun pendidikan, gelar kemudian menjadi
tujuan hidup seseorang demi mendapatkan status sosial di kalangan masyarakat.
Hari ini gelar juga menjadi persyaratan mutlak untuk suatu jabatan atau
pekerjaan. Saya ingin memperkenalkan kepada para pembaca bahwa gelar yang
selama ini anda ketahui adalah gelar akademik seperti halnya professor, doctor,
magister, sarjana dll. Gelar akademik bisa diperoleh dengan mengikuti proses belajar di institusi-institusi formal yang
kemudian akan memberikan label akademik setelah selesai melaksanakan proses
belajar di sekolah atau kampus. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah
bagaimana kontribusi si penyandang gelar selama ini, di Indonesia contohnya
berapa ribu professor dibidang pertanian?, tetapi sampai detik ini apakah
Indonesia berhenti mengimpor beras? Kapan terakhir kali Indonesia swasembada
beras? Dengan sumber daya alam yang melimpah apa yang dilakukan selama ini oleh
para professor-profesor dibidang pertanian, mengapa kekayaan alam yang begitu
melimpah tidak mampu dimanfaatkan secara maximal? Sehingga bukan Negara ini
yang terus-terusan mengimpor beras dari Negara-negara tetangga tetapi Indonesia
lah yang lebih pantas menyuplai sembako ke seluruh dunia mengingat potensi alam
yang begitu luar biasa, terbesar didunia. Ini membuktikan secara jelas dan
empiris bahwa gelar akademik ini sama sekali tidak memberikan bekas dan
kontribusi terhadap kemajuan Negara ini. Belum lagi terjadinya degradasi moral
yang sempurna dikalangan pemerintah pusat sampai ketingkat desa. Tidak ada trust antara pemerintah dengan
masyarakat, krisis seseorang yang bisa di tauladani menyebabkan pembangunan
sumber daya manusia yang lebih substnsial mengalami kesulitan, dampaknya
pembangunan-pembangunan infrastruktur di negeri ini tidak rampung atau dengan
kata lain lebih banyak keuntungan yang di ambil dari pada mengutamakan kwalitas
pembangunan infrstruktur itu sendiri.
Kami
generasi bangsa ini merasa bangga memandang hotel-hotel menjulang tinggi,
jalan-jalan hotmik, bangunan-bangunan tinggi pencakar langit, masjid-masjid
besar nan indah, tetapi kami menangis melihat saudara/I kami yang akan menjadi
generasi penerus bangsa ini mengalami kerusakan moral (narkoba, free sex, dll),
hari ke hari krisis SDM, maunya yang instant-instat saja sehingga pembangunan
yang sebenarnya lebih substansial adalah pembangunan Sumber Daya Manusia,
Pembangunan gedung-gedung bertingkat dan jalan-jalan tadi sifatnya hanyalah
instrumental saja karena manusia ini yang akan men-drive pembangunan tadi. Apabila
manusianya bermasalah maka itulah yang menjadi persoalan. Sehingga dibutuhkan
manusia-manusia yang tidak hanya mengandalkan gelar akademik saja tetapi
diperlukan pula gelar hidup yang baik. Karena gelar yang sebenarnya lebih
substansial adalah gelar hidup bukan gelar akademik, gelar hidup yang kami
maksud adalah gelar yang diberikan kepada seseorang atas tabiat hidupnya selama
bermasyarakat terus menerus secara konsisten. Tabiat yang menunjukkan pola
bermasyarakat yang aplikatif bukan wacana atau bahasa singkatnya gelar hidup lebih
ke perilaku. Maksudnya adalah gelar
hidup ini akan baik ketika perilaku dan pola interaksi yang dilakukan oleh
individu atau kelompok juga baik, gelar hidup ini juga berpotensi menjadi buruk
ketika pembiasaan-pembiasaan hidup di masyarakat juga buruk. Rasulullah SAW
dijuluki al-amin karena kebiasaan beliau sampai meninggal dunia beliau selalu
mengatakan apa yang diyakininya benar kemudian tidak melakukan apa yang tidak
beliau yakini kebenarannya. Dengan kata lain beliau selalu bersikap jujur
kepada semua orang selama hidupnya, barulah beliau mendapatkan gelar hidup
Al-Amin atau Orang yang yang dapat dipercaya. Gelar hidup itu akan terus dan
tetap hidup walaupun sang pemilik gelar sudah tiada, itulah bedanya gelar hidup
dengan gelar akademik . gelar akademik tidak dibawa sampai mati. Ketika habitus
baik yang dibiasakan dikalangan masyarakat dengan pemerintah maka sudah jelas
keharmonisan bermasyarakat menjadi emergence atau feature kebaruan yang akan
lahir dari kebiasaan tersebut. Aristoteles mengatakan “siapa anda, anda adalah
apa yang anda lakukan berulang-ulang”. apa yang menjadi kebiasaan hidup kita
entah itu baik atau buruk maka itulah gelar hidup yang anda miliki. Identitas
dan status sosial dimasyarakat akan tercipta sesuai dengan kebiasaan dan cara
hidupnya. Ketika secara sadar kita melakukan sesuatu yang baik terus menerus
secara berulang-ulang maka itulah identitas yang akan melekat dalam diri kita.
Gelar
akademik hanya akan melekat di nama tetapi gelar hidup akan melekat didalam
diri sampai kita mati. Sekarang apa gelar hidup anda? ciptakan gelar hidup ini
kapanpun dan dimanapun kita berada. Siapapun anda entah berpendidikan atau
tidak, kaya atau miskin, pejabat atau pembantu, pengajar atau pelajar, secara
individu atau collective kita tetap berhak memiliki gelar hidup.
Comments