Saatnya Pendidikan Jadi Panglima


Sudah saatnya kita sadar bahwa pendidikan wajib menjadi panglima pembangunan bangsa, ini adalah sebuah tuntutan zaman. Dalam sejarahnya Orde Lama maupun Orde Baru menggunakan militer sebagai panglima pembangunan bangsa, dengan itu melahirkan Kemiskinan dan Kebodohan, orang sakit di mana-mana. Kita tidak bisa menafikan itu, karena sudah merupakan catatan fakta sejarah.  Kemudian  Masa Reformasi kita menggunakan ekonomi sebagai panglima, "ekonomi" ditawarkan menjadi panglima: perdagangan bebas (dengan globalisasi), orang kaya mengumpulkan uang, akhirnya negara meminjam sana-sini (World Bank, IMF, hingga ujung-ujungnya membuka kran kapitalisme dan terjadilah krisis. Apa yang kita dapatkan?. hutang belum dibayar hingga 1900 triliun di tahun itu. Yang kita lunasi hanya bunganya saja!. Sampai sekarang bangsa ini merasakannya dan menjadi kajian-kajian pakar ekonomi di perguruan tinggi. Agenda masyarakat ekonomi Asean 2015 sebenarnya akan mengembalikan apa yang kita alami di masa lalu (hati-hati!).
Tawaran Selanjutnya "politik" sebagai panglima. Dengan desentralisasi, semua boleh berpolitik kemudian semua bidang dipolitisasi. Tak lama krisis moral terjadi, ketua MK dibeli, korupsi berjamaah, korupsi pengadaan al-Qur’an, Dinasti politik terjadi. Penyakit di atas bergabung menjadi satu di tahun 2014 ini (masalah Kesehatan, Kebodohan, Kemiskinan, Korup, Kapitalisme, Amoral) yang sebenarnya merupakan lingkaran setan yang sulit sekali dipotong dan ditemukan ujung pangkalnya..
Satu alternatif yang belum kita coba, yakni "pendidikan" sebagai panglima pembangunan. meski telah terkontaminasi oleh penyakit Kaptalis dan lain-lain, namun harapan akan selalu ada.. Mari cari pemimpin yang mengusung pendidikan menjadi no 1. Contoh. Jepang ketika dihujani bom atom di dua kota besarnya yaitu Hiroshima dan Nagashaki.  Bukan berapa jumlah tentara yang gugur yang mereka tanyakan, tetapi berapa guru yang masih hidup yang mereka tanyakan. Walhasil, Jepang dalam waktu yang tidak lama menjadi negara maju yang melampaui negara-negara lain. Bagaimana dengan Indonesia? Maukah pendidikan dicoba? Adakah calon presiden yang pro pendidikan?  

Comments