Suatu hari di kerajaan kodok musim bertelur di rayakan,
jamuan makanan-makanan telah disiapkan, istana kali itu ramai di penuhi
tamu-tamu dari luar telaga, Tamu-tamu yang datang dari berbagai kerajaan salah satunya raja ngorek bersama sang istri.
Tampak ibu-ibu para bangsawan siap untuk bertelur, diiringi lagu-lagu dan musik
para bangsawan, Raja kodok tampak bimbang menoleh-noleh jam besar pada dinding
istana, “sudah jam seginian koq para ibu-ibu belum punya nafsu buat nelur?”
Tanya sang raja kepada mentri yang sedari tadi tengah berdiri tegap di samping
kirinya, di sebelah kanannya sosok putri
kecil sang raja duduk manis bersama sang ibunda.
“Teeeeet teeeeeet ettttttttttt” bunyi teropet.
“para hadirin yang berbahagia, senang sekali dalam perayaan
telur kali ini para raja dan ratu berkesempatan hadir, kami mengucapkan banyak-banyak terimakasih
atas kehadiran kalian semua, dan……….. ” kata-sambuatan raja kodok telaga
sebagai tanda perayaan bertelur akan segera dimulai.
Tampak pagar besar membatasi perayaan tersebut, petugas
keamanan kodok telaga di kerahkan untuk berjaga-jaga, para rakyat di berikan
sumbangan berupa makanan, saat-saat inilah yang sangat ditunggu-tunggu rakyat telaga. Perayaan bertelur yang di
adakan ketika musim penghujan ketika para kodok kebanjiran makanan karena
kamakmuran akan segera datang pasca musim penghujan ini.
“hadirin yang berbhagia, para raja dan ratu marilah
menghitung mundur mulai dari lima” intruksi raja telaga mengarahkan para
hadirin menghitung mundur dan para ibu-ibu tak terkecuali para ratu akan
bertelur, konon para putri sebuah setiap kerajaan akan mengeluarkan telur
sebanyak 3 sampai empat telur namun
hanya satu yang bertahan hidup. Setelah itu telur yang mampu bertahan hidup
itulah yang akan mewarisi kerajaan berikunya setelah raja mangkat.
“limaaaaaa,
empattttttt, tigaaaaaaa, duaaaaaa, satuuuuuu, jdaaaarrrrrrrrkk” kembang
api di bakar menghiasi langit-langit
istana telaga, makanan dan minuman mulai dibagikan kepada rakyat stempat,
sorak-sorai keramaian memuncak, musik di mainkan.
“ibu perdana mentri bertelur lima telur, yeeeeeeee” . “ratu
kodok batu empat telur, yeeeeee”.
Ibu-ibu perdana mentri dan para ratu sibuk mengurus telur-telur mereka,
namun tampak ada keganjalan di tengah hiruk pikuk itu, tampak raja kodok ngorek
bingung dan resah melihat ratunya belum juga mengeluarkan telur satupun. Waktu
hampir habis, tampak kesedihan di raut wajah kedua pasangan raja dan ratu kodok
ngorek itu menjadi pusat perhatian para hadirin.
Perayaan bertelur sudah ditutup, kesedihan mendalam raja
kodok ngorek dan istrinya yang bertahan di telaga di saat para raja dan ratu
dari segala penjuru satu persatu berlalu. Tiba-tiba sang ratu sakit perut dan
lantas ia pun pingsan, ketika itu raja melihat tiga butir telur keluar dari
tubuh sang istri, betapa bahagianya sang raja, “lihat ini calon penerusku
kelak” kata kodok ngorek saking senangnya.
Namun apa lacur, ketiga telur tersebut tak bernyawa, tim medis berulang
ulang kali memeriksa siapa tahu ada yang salah. Namun fonis sang medis tak membuat
sang raja merasa lega, malah ia merasa terpukul.
Kodok ngorek dan ratunya pun pulang tanpa menghiraukan
ketiga telur tersebut, keduanya enggan membawanya hingga air telaga membawanya
mengalir keluar telaga menuju persawahan yang jauh di samping gunung.
………………….@@
Suatu hari musim
penghujan sudah berakhir, waktunya kodok gunung keluar dari lubang-lubang
mereka menuju sungai atau telaga untuk mencari
bekal makanan yang akan dibawakan kepada anak-anaknya di lubang. Raja kodok gunung mengumpulkan rakyatnya dan
memeriksa apa saja yang rakyatnya dapatkan, “oh yang itu kita tidak perlukan”
sambil ia menunjuk-nunjuk bangkai
belalang, “makanan ini adalah milik musuh kita, konon waktu itu kodok gunung
dan kodok telaga bermusuhan sempat beberapa kali terjadi peperangan yang
menewaskan banyak sekali korban, ibu-ibu menjadi janda, anak-anak menjadi yatim
dan yang paling berdampak serius adalah makanan kerajaan kodok gunung berada di
telaga begitu juga sebaliknya.
“wahai raja, aku dan istriku menemukan anak keturunan kodok
ngorek keluarga dari kodok telaga” kata salah satu warga. “tiga anak namun
salah satunya masih hidup di kali” tambahnya. “ baiklah berikan padaku, biarkan
kerajaan yang merawatnya” konon sang raja yang beristri 10 itu tidak pernah
dikaruniai seorang anak, saat ini lah saat yang dinanti-nanti untuk mempunyai
anak meskipun ia harus memungut anak keturunan musuhnya.
………….@@@
Telur itu menetas menjadi kecebong yang tidak biasa,
tubuhnya kekar, seumuran dia seharusnya sudah berevolusi menjadi kodok pada
umumnya, namun hal itu tidaklah terjadi. Hari demi hari, minggu demi minggu
berlalu begitu saja, sang kecebong telah dibekali dengan kemampuan layaknya
kodok gunung biasanya, namun sebagai calon seorang raja ia tampak tidak
memperdulikan bentuk tubuhnya yang tidak kunjung berubah menjadi kodok itu.
Beberapa kali rakyatnya berburu makanan ke telaga hanya dia saja yang tidak
pernah diperbolehkan oleh ayahnya.
……@@@@
“wahai pangeran, mengapa kau begitu murung” Tanya seeorang
sahabat yang sejak tadi sibuk memperhatikan sikap calon rajanya tertunduk diam
tanpa kata. “aku hanya bingung, kenapa aku tidak betah hanya berputar-putar
disini, mungkin itu sebabnya aku tidak sedewasa kamu padahal umur kita sama”
kata sang pangeran. “kenapa pangeran tidak pergi saja ikut berburu makanan ke
telaga, siapa tahu di tengah perjalanan tubuh pangeran berubah” . “aku
sebenarnya sangat ingin ikut tapi ayahandaku tidak pernah mengizinkan aku pergi
ke sana”. Memangnya kenapa pangeran?”. Akupun tidak tahu, aku juga tidak berani
bertanya” tandas sang pangeran.
……..@@@@@
Dalam hati sang pengeran meronta-ronta meminta untuk pergi
meninggalkan istana untuk mencari pengalaman dan jati dirinya, siapa tahu ia
akan menjadi kodok.
Hari iniia putuskan untuk pergi ditemana seorang pengawal
pribadi dan sahabatnya itu, “sudah sampaikah kita di telaga wahai pengawalku”
Tanya pangeran. “oh tinggal sebentar pangeran”. “kita akan berbelok, nah itu
lah telaga terebut, namun pangeran harus tetap merunduk sebab di sana
pengawalannya sangat ketat, apa bila ketahuan kita sebagai kodok gunung akan
habis” lanjut pengawal. “memangnya kenapa?” Tanya pangeran penasaran. “rajaan
pangeran dengan kerajaan telaga bermusuhan”.
………………..@@@@@@@@
Beberapa menit kemudian merekapun tiba, tampak meraka
berbaur dengan masyarakat kodok telaga, tak ada kecurigaan terjadi, semua
berjalan sesuai rencana. “uh, ternyata di sini indah juga ya?” sang pangeran
terkagum-kagum melihat Susana lingkungan telaga yang asri tidak seperti di
gunung. “ awas-awas putri kodok akan lewat di jalan ini” kata salah satu
masyarakat menyapa mereka yang sedang berjalan. Masyarakat merunduk, semua
kodok terkagum-kagum akan kecantikan putri raja kodok telaga itu. Hanya
pangeran kecebong sendiri yang tidak merunduk, ketika itu mata sang putri kodok
dan pangeran kecebong bertemu, terfokus
satu sama lain, “breg, berg” petungan mendarat di kepala sang pangeran
“aduhhhhh” pangeran pun di tangkap dan dibawa ke istana untuk diadili. Sementara
pengawal dan sahabat itu tidak bias berbuat apa-apa, mereka hanya terdiam
membisu, “sudah ku katakan kita harus merunduk” kata seekor kodok di samping
keduanya itu. “siapa sih itu pasti penyusup dari gunung, makanya dia tidak tahu
peraturan di sini”.
………..@@@@@@@@@@
Di pengadilan…..
“hadirin yang berbahagia, hari ini kita kedatangan seorang
penyusup dari gunung, dan hari ini kita akan eksekusi langsung” kata ketua
hakim. “ ops sebentar dulu, sebelum kalian mengeksekusi dia ada baiknya kita
tanyakan apa motifnya kemari” kata sahabat yang menyamar sebagai rakyat telaga
membela. “kenapa kamu datang kemari” Tanya seorang hakim. “ aku adalah orang
yang akan membuat kalian semua makmur” kata sang pangeran, “kenapa demikian?”
Tanya hakim.
Suasana tegam bercampur emosi dan kebingungan atas apa yang
baru saja terucap seekor kecebong. “aku bukan hanya seekor kecebong biasa, aku
adalah seorang pengeran, aku tahu kerajaan ini mengambil makan di wilayah ku,
aku tahu itu namun kami tidak pernah menghukum seperti yang
kalian lakukan ini”. Di saksikan oleh tamu-tamu dari luar telaga,
kerajaan-kerajan yang pernah datang ketika perayaan bertelur itu pun datang.
“sudah-sudah dia tidak bersalah, kita hanya terlalu mempertahan kan kebiasaan
lama saja, coba kita bayangkan apa yang akan terjadi ketika kita membunuhnya?,
pasti akan terjadi peperangan kembali, lagi pula tidak menutup kemungkinan hal
yang sama akan berlaku di gunung, lantas bagaimana kita bias makmur kalau
ketika kita mencari makanan saja kita tidak berani kesana” kata sosok seorang
wanita cantik, putri kodok. Semua
hadirin tertunduk, pangeran kecebong juga merunduk.” Sudah kalian boleh bubar
dan kamu wahai penyusup, pangeran gunung ayahku ada sesuatu untukmu” lanjutnya.
……@@@@@@
Di istana….
“umurku sudah tidak lama lagi, aku ingin melakukan
perdamaian dengan ayahmu” kata raja kodok. “ baiklah aku akan membawanya
kemari” jawab pangeran kecebong. ………….
Bebarapa hari kemudian datanglah iring-iringan raja kodok
gunung lengkap dengan penjagaan ketat.
Sesampai di istana mereka di persilahkan duduk.
“aku sudah ata tahu apa niatmu mengundangka kemari” kata
raja gunung. Konon dulu kerajaan gunung dan kerajaan telaga bersaudara. Kakek
dari kakek, kakeknya raja telaga yang sekarang bersaudara dengan kakek dari
kakek, kakeknya raja gunung yang sekarang.
Konflik terjadi ketika ratu mempunyai dua telur yang menetas sehingga
harus membuang satu telur kegunung sebagai rasa syukur terhadap limpahan
makanan yang bersumber di gunung. Hingga akhirnya telur tersebut menjadi
seorang raja di gunung dan dari zaman itulah konflik terjadi.
“maaf tentang anakmu” kami tidak sopan kepada seorang
penerus tahta kerajaan. “dia bukan anaku”
jawab raja gunung. Sontak membuat seisi ruangan tercengang-cengang,
“hati sang kecebong hancur berkeping-keping mendengar kata-kata itu, lantas ia
langsung meninggalkan ruangan itu tanpa sepatah katapun, dalam hatinya berikir
apakah gara-gara ia sebagai produk gagal hingga tidak di akui, atau juga karena
keadaannya sebagai kecebong yang tidak berubah-berubah menjadi kodok seperti
pada umumnya.
“dia ditemukan di kali oleh rakyatku, banyaknya tiga namun hanya satu yang masih
hidup” lanjut raja gunung, sang kcebong ntah sampai mana sudah menghilang
setelah kata-kata yang menghujam jantungnya itu mendarat di telinganya. Di
samping itu ratu kodok ngorek mengngat-ngingat
kejadian ketika hari perayaan bertelur itu, ia lantas berkat. “suamiku
telur itu adalah telur kita” sang ratu
memberitahu suaminya.”hadirin-hadirin kecebong itu adalah anakku”. “dia adalah
anak seekor raja kodok ngorek dan dialah penerusku” lacur apa yang terjadi, hal
itu tidak merubah keadaan, kecebong telah hilang, ia pergi dari tadi.. hilang
di tengah-tengah keramaian.
…………@@@@@
Lalu di perintahkan untuk mencari kecebong itu, “barang siapa menemukan seekor
kecebong yang mirip dengan lukisan yang tergambar di atas kertas sayembara ini
akan di berikan hadiah dari raja kodok ngorek” begitu kata seorang perdana
menteri ketika mengumumkan berita gembira itu kepada rakyatnya.
Di lokasi yang lain kecebong melupakan apa saja yang terjadi
barusan kepadanya, hanya saja di terfikir kepada ratu yang sempat bertemu mata
dengannya. Tanpa sadar ekornya mengecil lama kelamaan mengecil hingga akhirnya
menghilang, ia berubah menjadi seekor kodok yang tampan, (maklum lah seorang
keturunan pangeran dari raja kodok ngorek)
tubuhnya yang kekar melambangkan bahwa dia siap menjadi pangeran yang
sebenarnya. Tanpa fikir lama iapun pulang dengan keadaan yang sempurna itu.
……..@@@@@
Lantas di ruangan itu tak satupun dapat mengenalnya, hanya
saja sang putri merasa mengenal sosok yang ada di tengah-tengah kerumunan yang
mengaku seekor kecebong itu. Hingga tolakan demi tolakan menghujam jantungnya
sekali lagi dan iapun memutuskan untuk pergi berlalu. Putri mencari-cari sosok yang dilihatnya tadi
namun ia tidak menemukanya, ia berlari ke jalan, di dapatka rakyatnya semua
merunduk dan si kecebong yang kini menjadi kodokpun tak merunduk sama sekali,
sang putri tersenyum. “aku tahu kamu adalah pangeran kodok ngorek, dan aku
yakin itu karena tatapanmu begitu berbeda dengan yang lain”. Aku tahu itu, tapi
apakah kamu tidak melihat ayahku dan ayah angkatku saja tidak menerimaku?” .
……………@@@@
Seminggu sudah berlalu kisah cinta sang putri dengan kodok
ngorek di kekang sang raja, tidak seharusnya putri menjalin hubungan dengan
seekor kodok yang biasa-biasa saja. Walaupun bayak yang melamar sang putri
namun hatinya hanya untuk kodok ngorek, hidupnya telah ia berikan
kepadanya. Kodok ngorek memutuskan untuk
pulang kehabitatnya sesama kodok ngorek, sekitar beberapa hari perjalanan ia
akan sampai di tempat tujuannya itu.
Pangeran kodok itu mengikuti sayembara pertarungan yang
memperebutkan posisi penjaga raja kodok ngorek, nyawanya ia pertaruhkan untuk
pertarungan itu, demi misinya dapat bertemu dengan ayahnya tercinta, hingga
akhir iya pun menjuarai sayembara itu dan di anugrahi hadiah langsung dari
ayahnya sendiri. “ apakah salah bila seorang anak yang dibuang, yang dulunya
sempat di sangka tak bernyawa, kemudian hidup, menjadi kecebong, lalu bertemu
dengan ayahnya untuk pertama kalinya lalu berubah menjadi kodok yang
sebenarnya, lantas ia tidak di akui akibat perubahan fisik itu bagaimana
pendapat anda wahai rajaku” Tanya seorang pengawal baru sang raja yang tidak
lain adalah anaknya sendiri. “andai saja ia benar-benar kecebong yang aku cari aku akan terima karena
pasti ada kontak batin diantara aku dan dia” jawabnya. “lantas kenapa anda
tidak melihatku dengan teliti, apakah kit tidak mirp? Atau apakah kita tidak
mempunyai kontak batin?” tanyanya kembali. “siapa kau sebenarnya” mata yang
berkaca-kaca tampak dari sang raja. ‘ aku adalah anakmu, yang selama ini kau
cari, yang kau buang ketika kau mengira aku mati” ….
Suasana seru, bahagia sekaligus rasa syukur yang tak
terhingga dirasakan kerajaan itu, diumumkan lah berita tersebut hingga
kepelosok negeri.
Pangeran kodok akhirnya menikahi putri kodok telaga,
kehidupan dan kedamaian tercipata dengan di angkatnya pangeran menjadi raja
karena ia tahu betul bagaimana rasanya mencari makan ke gunung dan di telaga
sendiri.
The end
by: agus dedi putrawan
Comments